Assalaamu’alaikumk wr.wb.
Ini sekedar motivasi, n smga
bermanfaat dan qta bnar2 bisa memudawamahkannya... dan Semoga kita senantiasa
terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan
di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan
1. Agenda pada sepertiga malam
akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud
dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon
ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ
الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ
لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya
Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam
terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku
kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan
barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari
Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk
shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ
وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ
مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya
Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah
dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan
bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan.
(Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar
di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua
rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي
الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw
pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul
huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh
berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ
حَبْوًا
“Sekiranya
manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan
mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ
التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah
kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang
sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah
d. Menyibukkan diri dengan doa,
dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa
antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki
/mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ
تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi
saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari
yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya
waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen
sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran
untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran
untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih
banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
3. Menunaikan shalat Dhuha walau
hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ
صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ
صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ
مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap
ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika
matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah,
menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang
ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah,
tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan
rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar
dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ،
وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah
seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri,
dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga
bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ
طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir
sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah
dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ
الله
“Sebaik-baik
perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari
berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat
Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi
laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib
sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ
لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan
baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat
Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat
Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di
masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid
(jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا
أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa
yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau
mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan
shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat
yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya
bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen
semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran
untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran
untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai
kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah
tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat,
khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa
adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat
Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib
secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah
rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Membaca dzikir sore
e. Mempersiapkan diri untuk
shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ
لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ
خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa
yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah
Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka
langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat
derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat
Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah
rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan
silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat
dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau
lainnya
f. Melakukan mudzakarah
g. Menghafal Al-Quran
Apa yang kita jelaskan di sini
merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan,
kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu
kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. WAllahu a’lam Bish Shawaab
SEDEKAH YANG UTAMA
Shadaqah adalah baik seluruhnya,
namun antara satu dengan yang lain berbeda keutamaan dan nilainya, tergantung
kondisi orang yang bersedekah dan kepentingan proyek atau sasaran shadaqah
tersebut. Di antara shadaqah yang utama menurut Islam adalah sebagai berikut:
1. Shadaqah Sirriyah
Yaitu shadaqah yang dilakukan
secara sembunyi-sembunyi. Shadaqah ini sangat utama karena lebih medekati
ikhlas dan selamat dari sifat pamer. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,
“Jika
kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu
sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. 2:271)
Yang perlu kita perhatikan di
dalam ayat di atas adalah, bahwa yang utama untuk disembunyikan terbatas pada
shadaqah kepada fakir miskin secara khusus. Hal ini dikarenakan ada banyak
jenis shadaqah yang mau tidak mau harus tampak, seperti membangun sekolah, jembatan,
membuat sumur, membekali pasukan jihad dan lain sebagainya.
Di antara hikmah menyembunyikan
shadaqah kepada fakir miskin adalah untuk menutup aib saudara yang miskin
tersebut. Sehingga tidak tampak di kalangan manusia serta tidak diketahui
kekurangan dirinya. Tidak diketahui bahwa tangannya berada di bawah, bahwa dia
orang papa yang tak punya sesuatu apa pun.Ini merupakan nilai tambah tersendiri
dalam ihsan terhadap orang fakir.
Oleh karena itu Nabi shallallahu
‘alihi wasallam memuji shadaqah sirriyah ini, memuji pelakunya dan
memberitahukan bahwa dia termasuk dalam tujuh golongan yang dinaungi Allah
nanti pada hari Kiamat. (Thariqul Hijratain)
2. Shadaqah Dalam Kondisi Sehat
Bersedekah dalam kondisi sehat
dan kuat lebih utama daripada berwasiat ketika sudah menjelang ajal, atau
ketika sudah sakit parah dan tipis harapan kesembuhannya. Rasulullah
shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Shadaqah yang paling utama
adalah engkau bershadaqah ketika dalam keadaan sehat dan bugar, ketika engkau
menginginkan kekayaan melimpah dan takut fakir. Maka jangan kau tunda sehingga
ketika ruh sampai tenggorokan baru kau katakan, "Untuk fulan sekian, untuk
fulan sekian." (HR.al-Bukhari dan Muslim)
3. Shadaqah Setelah Kebutuhan
Wajib Terpenuhi
Allah subhanahu wata’ala telah
berfirman,
“Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, "Yang
lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS. 2:219)
Nabi shallallahu ‘alihi wasallam
bersabda,
"Tidak ada shadaqah kecuali
setelah kebutuhan (wajib) terpenuhi." Dan dalam riwayat yang lain,
"Sebaik-baik shadaqah adalah jika kebutuhan yang wajib terpenuhi."
(Kedua riwayat ada dalam al-Bukhari)
4. Shadaqah dengan Kemampuan
Maksimal
Berdasarkan sabda Nabi
shallallahu ‘alihi wasallam,
"Shadaqah yang paling utama
adalah (infak) maksimal orang yang tak punya. Dan mulailah dari orang yang
menjadi tanggunganmu." (HR. Abu Dawud)
Beliau juga bersabda,
"Satu dirham telah
mengalahkan seratus ribu dirham." Para sahabat bertanya," Bagaimana
itu (wahai Rasululullah)? Beliau menjawab, "Ada seseorang yang hanya
mempunyai dua dirham lalu dia bersedakah dengan salah satu dari dua dirham itu.
Dan ada seseorang yang mendatangi hartanya yang sangat melimpah ruah, lalu
mengambil seratus ribu dirham dan bersedekah dengannya." (HR. an-Nasai,
Shahihul Jami')
Al-Imam al-Baghawi rahimahullah
berkata, "Hendaknya seseorang memilih untuk bersedekah dengan kelebihan
hartanya, dan menyisakan untuk dirinya kecukupan karena khawatir terhadap
fitnah fakir. Sebab boleh jadi dia akan menyesal atas apa yang dia lakukan
(dengan infak seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga merusak pahala.
Shadaqah dan kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri manusia. Rasululllah
shallallahu ‘alihi wasallam tidak mengingkari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuyang
keluar dengan seluruh hartanya, karena Nabi tahu persis kuatnya keyakinan Abu
Bakar dan kebenaran tawakkalnya, sehingga beliau tidak khawatir fitnah itu
menimpanya sebagaimana Nabi khawatir terhadap selain Abu Bakar. Bersedekah
dalam kondisi keluarga sangat butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan
menanggung banyak hutang bukanlah sesuatu yang dikehendaki dari sedekah itu.
Karena membayar hutang dan memberi nafkah keluarga atau diri sendiri yang
memang butuh adalah lebih utama. Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk
bersabar dan membiarkan dirinya mengalah meski sebenarnya membutuhkan
sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan juga itsar
(mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin.”
(Syarhus Sunnah)
5. Menafkahi Anak Istri
Berkenaan dengan ini Rasulullah
shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Seseorang apabila menafkahi
keluarganya dengan mengharapkan pahalanya maka dia mendapatkan pahala
sedekah." ( HR. al-Bukhari dan Muslim)
Beliau juga bersabda,
"Ada empat dinar; Satu dinar
engkau berikan kepada orang miskin, satu dinar engkau berikan untuk
memerdekakan budak, satu dinar engkau infakkan fi sabilillah, satu dinar engkau
belanjakan untuk keluargamu. Dinar yang paling utama adalah yang engkau nafkahkan
untuk keluargamu." (HR. Muslim).
6. Bersedekah Kepada Kerabat
Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah
radhiyallahu ‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat indah dan sangat dia
cintai, namanya Bairuha'. Ketika turun ayat,
"Kamu sekali-kali tidak
sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian
harta yang kamu cintai." (QS. 3:92)
Maka Abu Thalhah mendatangi
Rasulullah dan mengatakan bahwa Bairuha' diserahkan kepada beliau, untuk
dimanfaatkan sesuai kehendak beliau. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam
menyarankan agar ia dibagikan kepada kerabatnya. Maka Abu Thalhah melakukan apa
yang disarankan Nabi tersebut dan membaginya untuk kerabat dan
keponakannya.(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu ‘alihi wasallam
juga bersabda,
"Bersedakah kepada orang
miskin adalah sedekah (saja), sedangkan jika kepada kerabat maka ada dua
(kebaikan), sedekah dan silaturrahim." (HR. Ahmad, an-Nasa'i, at-Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
Secara lebih khusus, setelah
menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan, adalah memberikan nafkah kepada dua
kelompok, yaitu:
Anak yatim yang masih ada
hubungan kerabat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,
”(Yaitu)
melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan,
(kepada) anak yatim yang masih ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang
sangat fakir.” (QS. 90:13-16)
Kerabat yang memendam permusuhan,
sebagaimana sabda Nabi,
"Shadaqah yang paling utama
adalah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan
at-Tirmidzai, Shahihul jami')
7. Bersedekah Kepada Tetangga
Allah subhanahu wata’ala
berfirman di dalam surat an-Nisa' ayat 36, di antaranya berisikan perintah agar
berbuat baik kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh. Dan Nabi juga
telah bersabda memberikan wasiat kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,
"Jika engkau memasak sop
maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu."
(HR. Muslim)
8. Bersedekah Kepada Teman di
Jalan Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alihi
wasallam bersabda,
"Dinar yang paling utama
adalah dinar yang dinafkahkan seseorang untuk keluarganya, dinar yang
dinafkahkan seseorang untuk kendaraannya (yang digunakan) di jalan Allah dan
dinar yang diinfakkan seseorang kepada temannya fi sabilillah Azza wa
Jalla." (HR. Muslim)
9. Berinfak Untuk Perjuangan
(Jihad) di Jalam Allah
Amat banyak firman Allah
subhanahu wata’ala yang menjelaskan masalah ini, di antaranya,
“Berangkatlah
kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan
harta dan jiwa pada jalan Allah.” (QS. 9:41)
Dan juga firman Allah subhanahu
wata’ala,
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS.
49:15)
Di dalam sebuah hadits, Nabi
shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Barang siapa mempersiapkan
(membekali dan mempersenjatai) seorang yang berperang maka dia telah ikut
berperang." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Namun perlu diketahui bahwa
bersedekah untuk kepentingan jihad yang utama adalah dalam waktu yang memang
dibutuhkan dan mendesak, sebagaimana yang terjadi pada sebagian negri kaum
Muslimin. Ada pun dalam kondisi mencukupi dan kaum Muslimin dalam kemenangan
maka itu juga baik akan tetapi tidak seutama dibanding kondisi yang pertama.
10. Shadaqah Jariyah
Yaitu shadaqah yang pahalanya
terus mengalir meskipun orang yang bersedekah telah meninggal dunia. Nabi
shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Jika manusia meninggal
dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga hal; Shadaqah jariyah, ilmu yang
diambil manfaat dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim).
Di antara yang termasuk proyek
shadaqah jariyah adalah pembangunan masjid, madrasah, pengadaan sarana air
bersih dan proyek-proyek lain yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh
masyarakat.
Posting Komentar